Cerita Kombes Krishna dirayu parpol agar lapak judi Kalijodo dibuka
Gudangberita77 - Akibat bentrok dua kubu preman, Kombes Pol Krishna Murti pernah tutup semua lapak judi di Kalijodo, Jakarta Utara. Aksi keras ini dia kerjakan saat masihlah jadi Kapolsek Penjaringan, dimana ia tidak ingin lagi ada bentrok sama.
Sikap keras itu rupanya bikin segelintir orang yang terasa dirugikan dengan ketentuan itu coba beragam langkah untuk merayunya. Dari menggerakkan mahasiswa hingga beberapa orang yang bernaung dibawah partai politik.
Usaha pertama lewat pendekatan mahasiswa tidak berhasil, mereka terlebih dulu berusaha merayu Krishna supaya mencantumkan pasal karet hingga lapak judi dapat di gelar lagi. Tetapi, Krishna tetaplah pada keputusannya.
Dari semuanya pendekatan yang pernah dirasakannya, ada satu yang bikin Krishna geleng-geleng kepala. Yaitu kehadiran beberapa orang parpol.
Satu saat, Krishna memperoleh telephone dari seseorang perwira di Mabes Polri. Atasannya itu mengatakan bakal ada utusan parpol datang menemuinya, dia juga menyanggupi.
Tetapi dalam perbincangan, nyatanya mereka membawa misi dari Kalijodo untuk dapat buka kembali tempat perjudian. Bukan sekedar berbekal jalinan pertemanan dengan pejabat di mabes, mereka juga berani menyebutkan tokoh pejabat partai politik yang tengah berkuasa yang telah memberi izin untuk dapat buka kembali arena perjudian.
Argumennya, untuk membina warga disana. Diluar itu, argumen lain menyangkut periuk nasi, lantaran telah banyak yang nganggur sesudah penutupan Kalijodo. Oleh karena itu mereka memohon dengan hormat supaya kapolsek mengizinkan supaya Kalijodo di buka. Terlebih mereka beralasan kalau perjudian yang ada di lokasi Tambora, Jakarta Barat juga di buka.
Krishna sadar, arah perbincangannya mulai menghadap yg tidak disenanginya. Sesudah mengemukakan perkataan terima kasih, dia lalu berkata lantang.
" Kalian bohong bila argumen perut warga, Kalijodo minta di buka kembali, " kata Krishna dalam bukunya 'Geger Kalijodo'.
Dia berpandangan, perjudian selama-lamanya hanya untuk keuntungan pribadi. Dengan hal tersebut, dia berkemauan sepanjang jadi kapolsek tidak bakal meskipun menyepakati pembukaan lapak judi di Kalijodo.
" Sepanjang saya jadi Kapolsek Penjaringan perjudian di Kalijodo akan tidak saya buka, " tegasnya.
Terkecuali memakai yayasan yang pernah ikut serta dalam perdamaian serta anggota partai. Rupanya preman Kalijodo tidak pernah kehilangan akal. Mereka juga memakai tokoh warga Sulawesi Selatan yang lain untuk membujuknya.
Seorang yang mengakui sebagai tokoh orang-orang datang menemuinya. Dia membawa lembaran sinyal tangan 300 orang warga yang memohon supaya lapak judi di buka lagi. Tetapi, Khrisna tidak yakin demikian saja, dia segera memerintahkan anak buahnya pergi menyelidiki.
" Melalui anggota polsek serta informan-informan, kami tahu kalau sinyal tangan itu banyak yang dipalsu. Yang di depan memanglah masihlah benar, namun yang terakhir telah banyak dipalsukan. "
Krishna memahami, masyarakat yang bermukim di Kalijodo itu umumnya buta huruf, hingga mereka tak dapat sinyal tangan, umumnya mereka cuma dapat cap jempol. Di KTP mereka umumnya cuma ada cap jempol, serta bila mereka bikin sinyal tangan tak serumit sinyal tangan yang ada didalam surat itu.
Sesudah tak kenal capek bergerilya untuk mengupayakan dibukanya tempat judi, satu saat satu diantara preman bernama Bedul datang ke Polsek Penjaringan untuk bikin laporan, mengenai tindakan penipuan yang menerpa dianya, dalam laporan pada polisi itu, Bedul mengakui telah mentransfer duit sebesar Rp 300 juta pada seorang yang tuturnya datang dari Makassar. Orang Makassar itu menanggung kalau perjudian di lokasi Kalijodo dapat di buka dengan aman, tidak bakal ada masalah dari polisi.
Dari masalah penipuan yang menerpa Bedul tersebut yang lalu nampak guyonan, " Duit jin dikonsumsi setan ".