Sesudah Baca Penjelasan Dokter Itu, Meyakini Masih tetap Ingin Gemeretakkan Leher?
Menggemeretakkan leher telah jadi hal yang sangatlah wajar. Bunyi 'krek' di leher seakan menyingkirkan pegal. Namun aktivitas itu apakah benar betul-betul aman serta jauh dari resiko beresiko? Yuk simak penjelasan pakarnya.
Dokter spesialis bedah saraf TNI AU Dr dr Wawan Mulyawan, SpBS, SpKP menjelaskan sebagian orang mengakui ketagihan lehernya digemeretakkan tukang cukur hingga berbunyi krek. Argumennya leher jadi enak serta enteng sesudah bunyi krek terdengar.
Namun butuh di ketahui bahwa leher manusia adalah sisi badan dengan susunan anatomi yang cukup kompleks, banyak ragamnya, sempit daerahnya, serta vital fungsinya. Di leher manusia ada kelenjar tiroid yang menaruh hormon tiroid serta sangatlah utama fungsinya dalam metabolisme badan.
" Masih tetap ada lagi esofagus sebagai saluran masuk makanan ke lambung. Ada lagi trakea yang disebut saluran masuk hawa untuk pernafasan dari mulut serta hidung ke bronkus lantas masuk ke paru-paru, " terang dr Wawan dalam info tertulisnya pada wartawan.
Tidak cuma ini, di ruang leher ada pembuluh darah paling utama ke otak (arteri karotis kiri serta kanan) serta dari otak (vena jugularis kiri serta kanan). Diluar itu, semakin ke belakang ada susunan tulang belakang sisi leher yang di dalamnya ada sumsum tulang belakang serta pembuluh darah ke otak sisi belakang (arteri vertebralis kiri serta kanan).
" Seluruhnya organ-organ ini mempunyai manfaat yang sekian utama, serta tidak salah bila ada yang menyebutkan leher yaitu 'jembatan kehidupan' pada kepala serta badan kita sisi bawahnya, " tambah dr Wawan.
dr Wawan mengingatkan hukuman mati yang dikerjakan lewat cara gantung serta penggal leher. Mengapa mesti jadikan leher juga sebagai tujuan? Ini lantaran leher diindikasikan juga sebagai ruang paling cepat di badan manusia untuk mematikan seseorang terpidana mati. Juga waktu menyembelih hewan, yang dipotong yaitu lehernya.
Nah, bunyi krek pada leher yang digemeretakkan tunjukkan ada manipulasi gerakan sendi terlalu berlebih. Mungkin saja pada sebagian masalah menggemeretakkan leher tak serta-merta berbuntut pada dislokasi atau patah tulang leher. Tetapi menurut dr Wawan, bila leher semakin kerap dimanipulasi jadi sendi leher dapat semakin lemah.
" Itu bisa mengakibatkan instabilitas tulang leher di masa datang yang dapat mengakibatkan nyeri leher kritis yang kerap muncul saat umur semakin menua, " sambung dr Wawan.
Disebabkan manipulasi gerakan sendi seputar leher yang terlalu berlebih dapat jadikan tulang leher patah, retak, atau dislokasi. Masalah terseringnya yaitu dislokasi atau melejitnya sendi yang menghubungkan antar tulang leher. Untuk di ketahui ada 7 ruas tulang leher serta semasing ruas dikaitkan oleh 2 jenis sendi.
" Bila tulang serta sendinya melejit, jadi jalinan persendian leher serta ruas tulang lehernya jadi tak stabil serta bakal mencederai sumsum tulang belakang di dalamnya, serta setelah itu terjadi peristiwa fatal, " tutur dr Wawan.
Bila tulang leher hingga patah jadi dapat mengakibatkan kematian yang lebih cepat. " Terlebih bila diitambah lagi robeknya pembuluh darah arteri vertebralis disebabkan tergores tulang leher yang patah ini, " sambungnya.