Gudang Berita77 - Satu studi dari Kanada menyebutkan resiko bunuh diri terkait dengan gegar otak yang dihadapi waktu dewasa. Tidak main-main, resiko bunuh diri dapat bertambah tiga kali lipat.
Dr Donald A Redelmeier dari University of Toronto, Ontario, menyebutkan kalau gegar otak yang dihadapi atlet atau tentara di ketahui tingkatkan resiko demensia, masalah kognitif sampai bunuh diri. Resiko-risiko ini nyatanya dapat juga dihadapi oleh populasi umum.
" Benturan apa pun yang berlangsung di kepala dapat meninggalkan dampak periode panjang, bahkan juga benturan yang dikarenakan oleh aktivitas keseharian, " papar Redelmeier, diambil dari Reuters, Selasa (9/2/2016).
Riset dikerjakan pada 230. 000 pasien gegar otak di Ontario sepanjang sembilan th.. Dari semua partisipan, 667 di ketahui wafat akibat bunuh diri.
Bila dirata-rata, prevalensi bunuh diri pada pasien gegar otak ada di angka 31 orang per 100. 000 masyarakat setiap th.. Angka ini tambah lebih tinggi tiga kali lipat dari pada prevalensi di populasi umum yang cuma 9 orang per 100. 000 masyarakat setiap tahunnya.
Dalam riset yang diterbitkan di jurnal CMAJ ini, Redelmeier menyatakan kalau gegar otak tidak dapat hanya jadikan argumen orang bunuh diri. Ia menyampaikan ada penyebabnya lain yang pastinya tak dapat dibuktikan dalam riset ini.
" Beberapa besar orang yang bunuh diri mempunyai catatan masalah kejiwaan. Tetapi riset ini menunjukkan orang yg tidak mempunyai catatan masalah kejiwaan tetaplah berisiko bunuh diri sesudah alami gegar otak, " imbuhnya.
Craig J. Bryan dari University of Utah, Salt Lake City menyampaikan lebih kurang 4 hingga 5 juta orang di Amerika Serikat alami gegar otak setiap th.. Gegar otak di ketahui dapat mengakibatkan rusaknya saraf atau masalah otak yang lain, hingga bikin orang dalam kondisi tak stabil serta terasa sakit terus-menerus.
" Bila Anda didiagnosis alami gegar otak, apa pun pemicunya baik itu jatuh atau berkelahi, Anda mesti memeriksakan diri ke dokter, memperbanyak istirahat serta lakukan kontrol teratur, " urainya.